SERANGAN BAKTERI PENYEBAB
TRAGEDI KOI
Belum jelas benar penyebab penyakit yang menghancurkan
dan menimbulkan kerugian ratusan juta
rupiah di kalangan pemelihara koi dalam waktu singkat, apakah disebabkan
oleh bakteri atau virus.
Tetapi dari hasil penelitian berbagai pihak seperti Charoen Pokphand /
CP Prima atas
beberapa sampel yang diambil dari Gunung Jati Koi Farm, kolam Balai
Benih Ikan (BBI) dan kolam di
Desa Sumber Dukuh Karangsono, Blitar sampai pada kesimpulan bahwa
penyebabnya adalah bakteri
aeromonas. Jenis bakteri yang sama juga menyerang gurami.
Tragedi serangan penyakit terhadap koi menurut
pengamatan Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan
dimulai pertama kali pada kasus serangan di kolam air deras di Jawa
Barat. Tepatnya di Kabupaten
Subang, yang dalam waktu seminggu menyebabkan kematian lebih dari 250
ton ikan. Penyakit
dalam waktu singkat menyebar ke Jateng dan mematikan sekitar 165 ton
ikan.
Wabah yang menyerang ikan bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, mulai dari kondisi lingkungan air dengan
parameter yang jelek seperti suhu, derajat keasaman (pH), COD, BOD dan
pH tanah. Nilai pH bisa
mencapai lebih dari 9 yang berarti menjadi sangat basa, sedangkan
fluktuasi suhu bisa berfluktuasi secara
mencolok. Perbedaan suhu sebesar 5 derajat celcius bisa menjadi fatal
bagi ikan. Sementara hampir di
setiap perairan atau kolam pasti mengandung berbagai benih penyakit
seperti parasit,
bakteri dan jamur. Kondisi ikan yang tidak prima akan terinfeksi parasit
trichodina atau lernea
(cacing panah), dan infeksi bakteri aeromonas merupakan infeksi sekunder.
Infeksi bakteri aeromonas sp pada ikan air tawar
menyebabkan pendarahan pada bagian tubuh, sisik
menjadi terkuak, perut membusung, terlihat nekrosa, borok, ikan menjadi
lemas dan sering terlihat di
atas permukaan maupun di dasar kolam. Infeksi bakteri menjadi lebih
parah pada kondisi
air yang jelek dan masa peralihan dari musim panas ke musim hujan.
Fluktuasi suhu meningkatkan jumlah
zat terlarut, sedangkan insang yang terintroduksi akan rusak dan tidak
mampu menyaring zat maupun
gas beracun yang pada akhirnya menyebabkan kematian. Kondisi air yang
buruk akan
mematikan bebagai plankton di kolam dan meningkatkan nilai pH, amoniak
dan kadar nitrit yang
akan semakin mencemari air.
Tindakan pengobatan yang dilakukan untuk menanggulangi
wabah penyakit ini adalah dengan perlakuan
kolam melalui pemberian garam, formalin, dan chloroform. Pemberian garam
dalam jumlah tertentu dapat
memperbaiki kualitas air dan menurunkan jumlah bakteri. Gunakan
antibiotika yang masih sensitif terhadap
ikan seperti asam oxolinic, trimethropim dengan dosis 2 gram / kg pakan.
Rata-rata ikan diketahui sudah
membentuk kekebalan terhadap antibiotika tetracycline, oxytetracycline
dan furazolidone.
Usahakan kolam sudah benar-benar steril dari kuman sebelum mulai
melakukan pemeliharaan kembali.
|