Impor Bahan Baku untuk Industri Pakan
Ayam & Telur Majalah Agribisnis, Vol 32, No 149, 2002
Betapa masih rapuhnya konstruksi industri pakan ternak di Indonesia sebab pilar utama yang
menopang
berdirinya industri tersebut yaitu bahan baku penyusun ternyata hampir seluruhnya masih
harus diimpor.
Menjelang pulihnya perekonomian Indonesia dicirikan oleh adanya peningkatan aktu produksi pakan
secara nasional yaitu 6,5 juta ton (1996), 4,8 juta ton (1997), 2,6 juta ton
(1998), 3,7 juta ton (1999),
dan 5,0 juta ton (2000). Impor bahan baku di tahun-tahun mendatang
dipastikan akan semakin meningkat.
Khusus untuk pengadaan jagung saja, devisa yang dikeluarkan
sudah mencapai 220 juta US$ per tahun.
Dalam formulasi pakan khususnya pakan ayam petelur dan pedaging, komposisi umum penggunaan bahan
baku antara lain : jagung 40 - 55 %, katul 15 - 25 %, bungkil kedele 15 - 20 %, fish meal 0 - 5
%,
bungkil lainnya (rapeseed meal, cottonseed meal, copra, dll) 0 - 5 %, sumber protein
hewani (meat bone
meal, feather meal, poultry meat meal, dll) 0 - 5 %, tepung batu 1 - 8 %, bahan-bahan
imbuhan 1,0 %
dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis bahan baku tersebut, hanya jagung,
katul,
tepung ikan, tepung tulang,
pollard, tepung batu, kopra dan sedikit lainnya yang bisa disuplai
dari produksi lokal. Sisanya dalam jumlah
kuantitas barang dan nilai uang masih tergantung pada impor.
Impor kedele tahun 1996, 1997, 1998, 1999, dan 2000 berturut-turut adalah 942.292,11 ton;
868.789,794 ton; 688.411,913 ton; 904.788,981 ton dan 1.262.040,419 ton. Sampai bulan April
2001 sudah
diimpor bungkil kedele sebanyak 553.075,059 ton. Produksi jagung lokal mempunyai masa
panen yang
bersamaan dikenal dengan istilah panen raya dan dengan teknologi pasca panen yang seadanya menyebabkan kondisi jagung lokal sangat rentan untuk penyimpanan jangka
panjang. Akibatnya ada beberapa
waktu dalam setahun dimana ketersediaan jagung lokal tidak mencukupi dan pabrik makanan ternak lebih
fefisien dan ekonomis untuk mengimpor jagung dalam jumlah besar untuk disimpan dalam
silo. Fluktuasi
harga jagung lokal menjadi pertimbangan utama dan menjadi barometer pembanding
terhadap
importasi jagung.
Tabel 1. Impor Berbagai Bahan
Baku Pakan Ternak |
|
Bahan Baku |
Volume (ton) |
Nilai (juta US$) |
1997 |
1998 |
1999 |
2000 |
1997 |
1998 |
1999 |
2000 |
Jagung |
1.098.013 |
298.236 |
591.056 |
1.236.763 |
166,7 |
44,1 |
71,6 |
150,0 |
Bkl Kedele |
868.789 |
688.411 |
904.789 |
1.262.040 |
281,7 |
157,8 |
161,2 |
268,7 |
Dedak Gandum |
3,887 |
0,532 |
2.608 |
14.717 |
2,234 |
0,904 |
442,4 |
1.994 |
Tepung Ikan |
115.180 |
35.209 |
71.725 |
111.068 |
77.733 |
24.912 |
32.492 |
50.779 |
|