Agribisnis Info
     Informasi Terkini Agribisnis Indonesia

Wujudkan Industri perunggaan Yang Sehat, Editorial Poultry Indonesia
 (Poultry Indonesia, Oktober 2002)

Untuk negeri agraris seperti Indonesia, sektor ini memiliki potensi andalan untuk menopang 
kehidupan ekonomi nasional. Selama periode krisis yang kita alami beberapa tahun lalu, berbagai 
cabang industri yang ditopang teknologi canggih dan modal besar banyak bertumbangan, sedangkan 
sektor agribisnis memperlihatkan daya tahannya untuk tetap eksis bahkan naik pamornya sebagai pemyelamat. 
Industri tekstil, otomotif, elektronik, properti, sepatu dll terpuruk bahkan nyaris mencapai titik nol. 
Sebaliknya cabang industri berbasis pertanian seperti perkebunan, hortikultura, dan peternakan mampu 
bertahan dan meningkatkan kinerjanya.

Sukses agribisnis sepenuhnya merupakan buah dari kerja keras yang dilandasi sikap profesional 
dalam pengelolaan manajemen. Dalam usaha bersama (kemitraan), sukses agribisnis bersandar pada 
semangat  kebersamaan semua pelaku yang terlibat, untuk tidak hanya menikmati keuntungan secara adil 
tetapi juga berbagi risiko keggalan. Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang sarat dengan risiko mulai 
dari budidaya hingga pemasaran. Contoh ekstrem kegagalan agribisnis adalah kasus PT Qurnia Subur 
Alam Raya (QSAR). Perusahaan agribisnis yang menjaring 6.000 investor dan menghimpun dana 
Rp 500 miliar akhirnya bubar.

Apa yang salah dari kasus QSAR ? Pertama sebagai usaha kemitraan investasi, tidak ada keterbukaan 
dimana investor yang umumnya awam dalam masalah agribisnis tidak dilibatkan dalam pengelolaan usaha 
sejak produksi hingga pemasaran. Investor cukup dijanjikan keuntungan 50 - 100 % per paket per 
satu musim. Kepada investor tidak diberikan gambaran secara eksplisit adanya risiko dari usaha bersama 
ini. Kedua tanpa keterlibatan investor dalam aspek kegiatan manajemen usaha memposisikan kelompok 
ini sebagai "bumper" sangat kentara sifat spekulasinya.

Belakangan, model kemitraan bagi hasil juga marak ditawarkan di sektor perunggasan dengan 
menjanjikan keuntungan mencapai 45 % per tahun untuk layer dan 72 % untuk broiler per tahun. Tak hanya 
memasang target keuntungan yang menggiurkan tetapi juga tidak menyinggung adanya risiko. Dalam kondisi 
sekarang, ketika bisnis perunggasan masih rawan guncangan akibat sangat berfluktuasinya harga baik sarana 
produksi (DOC, pakan) maupun hasil produksi (telur, broiler), sementara di pihak lain masih rendahnya 
daya saing untuk menembus pasar ekspor, sulitlah diterima akal sehat akan dapat dipastikannya perolehan 
keuntungan yang bersifat tetap.

Wujudkan terlebih dahulu industri perunggasan yang sehat, yang menjamin perolehan keuntungan 
bagi semua pelakunya.


 Kembali ke  Home


AGRITEKNO  PRIMANEKA
Big Small Agribusiness We Care
Central Java , fax 024.7605249 or tel 024.3511233